Ibu… apakah Ibu ada di rumah? Ibu, tolonglah saya… bingung saya Bu… nggak tahu lagi apa yang harus saya lakukan sama suamiku Bu. Selingkuh dia Bu…ini sudah yang kesekian kalinya dia melakukan hal ini kepada saya.
Ini sepenggal informasi yang saya terima melalui telepon dari seorang Ibu muda dengan 2 orang anak yang masih kecil-kecil. Ibu ini dan suaminya memang berbeda suku tapi Ibu ini seorang yang sangat mudah beradaptasi beda sepertinya dengan suaminya. Beberapa waktu setelah cukup lama kenal, saya lihat Ibu ini adalah seorang yang sangat terbuka, suka berbagi, baik, ramah, dan suaminya pun terlihat sebagai seorang yang sabar, sangat cekatan dalam mengurus anak-anak dan segala keperluan mereka.
Dalam suatu percakapan selanjutnya, saya mendapati kebenaran bahwa memang mereka mengawali pernikahan mereka dengan perbuatan yang salah. Sejak kuliah mereka berteman dekat (menurut yang diceritakan), sampai pada akhirnya Ibu ini hamil sebelum menikah. Terpaksa mereka menikah, tanpa bimbingan, tanpa orangtua, tanpa keluarga, tanpa arah, dan tujuan. Sudah bisa di bayangkan bagaimana keadaan mereka. Sudah bisa dibayangkan mungkin bagaimana terkejutnya orang-orang terdekat mereka. Mungkin juga betapa kecewanya orangtua, sanak saudara. Bahkan mungkin juga berbagai macam pikiran, penilaian buruk dari kedua belah pihak orangtua, sanak keluarga di jatuhi atas mereka.
Mereka bertahan dalam pernikahan mereka, berjalan sendiri, dengan kekuatan mereka yang tidak seberapa. Mereka bahagia? Ya bahagia, saat bahagia menghampiri mereka, namun tak sedikit masalah, kesulitan, perselisihan, pertengkaran kecil, besar masuk dalam kehidupan rumah tangga mereka. Mereka coba tuk terus bertahan, dengan kekuatan mereka yang tidak seberapa.
Saya bertanya kepada Tuhan: “Tuhan apa yang harus aku lakukan, pertolongan apa yang dapat aku berikan kepada Ibu muda ini yang sedang bergumul dengan kehidupan rumah tangganya yang tidak mudah; dosa, anak-anak, perselingkuhan suami, beban keluarga besar, uang jadi serangkaian masalah yang begitu rumit tuk diuraikan?”. Saya hanya bisa sedikit berkata-kata dengan ketegasan dalam harapan Tuhan bekerja. “Ibu…apakah Ibu percaya kepada Tuhan?”, “Apakah Ibu sudah sungguh menyelesaikan dosa-dosa Ibu kepada Tuhan?” “Bagaimana dengan suami Ibu?” “Apakah suami Ibu adalah seorang yang sudah sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan?”, “atau adakah ia memiliki sesuatu benda, keyakinan yang berhubungan dengan kuasa-kuasa kegelapan?” Saya tidak bisa menyelesaikan masalah kalian, tapi saya yakin Tuhan mampu menolong dan menyelesaikan masalah kalian. Asal kalian mau terbuka mengakui dosa, minta ampun kepada Tuhan, saling mengatakan permintaan maaf, dan mau sama-sama berkomitmen untuk melakukan apa yang benar, baik, saya yakin Tuhan akan pulihkan kehidupan rumah tangga kalian. (Yang saya yakini hakekat dosa adalah akar satu-satunya penyebab segala masalah di dunia ini yang harus lebih dahulu diselesaikan di dalam Tuhan).
Apakah Tuhan bekerja, menolong mereka? Ya Tuhan bekerja kendati kita tidak seutuhnya tahu apa yang Dia sedang kerjakan untuk mendatangkan kebaikkan dalam kehidupan keluarga ini. Hari lepas hari berlalu, baik saya dengar dari orang lain maupun dari Ibu ini sendiri, masalah tidak berlalu apalagi berlari dalam hidup mereka. Berulang kali pertengkaran demi pertengkaran, perselingkuhan, kata-kata kasar, merendahkan, menghina, dll jadi keriuhan yang tak berujung. Istri salahkan suami, suami salahkan istri, anak-anak jadi penonton yang dipaksa “sabar”, “mengerti”, “memaklumi” yang sedang terjadi.
Berjalannya waktu keadaan terlihat semakin membaik, kesempatan bagi saya untuk mengarahkan mereka, menuntun ke arah lebih dalam secara rohani. Saat berkesempatan bertemu dengan Ibu ini dan berbicara beberapa hal, sayapun memberikan saran kepadanya: “Ibu… saya senang kepada Ibu, kebaikan Ibu, perhatian Ibu, pemberian-pemberian Ibu kepada saya, tapi ada satu hal yang saya mau Ibu lakukan, rajinlah Ibu beribadah, taatlah dan setialah Ibu kepada Tuhan dan firman-Nya. Ibu sudah Tuhan ampuni dosanya, Tuhan sudah berkati secara keuangan, dan kehidupan rumah tangga semakin dipulihkan Tuhan, maka belajarlah Ibu untuk taati kehendak Tuhan supaya Tuhan terus memberkati Ibu”.
Puji Tuhan, arahan saya diterima dengan sukacita oleh Ibu ini, dia mulai aktif dalam ibadah, bahkan dia juga memberi dorongan positif untuk suaminya supaya aktif dalam ibadah dan persekutuan-persekutuan. Apakah masalah selesai? Tidak.
Lagi, telepon masuk ke saya… Ibu saya tidak kuat lagi… saya sudah putuskan untuk berpisah dengan suami saya… terlalu menyakitkan apa yang harus saya alami… saya dipukul, saya ditendang… dan tidak ada yang bisa saya lakukan. Saya sudah berusaha jadi istri yang baik… tapi saya tidak dihargai… nggak kuat saya Bu….
Ya Tuhan… ini baru satu dua tiga… yang saya hadapi seperti ini, bagaimana lagi perempuan-perempuan, rumah tangga-rumah tangga lain di luar sana. Tidak sedikit berita di televisi, media sosial menyampaikan berita-berita semacam ini; pertengkaran, hubungan yang toxic, kekerasan dalam rumah tangga (kdrt), perselingkuhan, perceraian, dll. Itu yang terekspos belum lagi yang tidak terekspos… sedemikian sulitkah menikmati kebahagiaan dalam rumah tangga?
Lama saya coba mendengar apa yang orang-orang ceritakan tentang mereka… “ahhhh, suami Ibu itu orangnya sabar loh Bu, Ibu itu saja yang mulutnya suka merendahkan suami… mentang-mentang pendapatannya lebih besar dari suami, bahkan lebih parah lagi Ibu itu suka merendahkan suaminya di depan semua orang, setiap orang kalau dia lagi cerita, emosi, marah…bukan hanya kepada satu dua orang. Suaminya mungkin tidak tahan terus, selalu diperlakukan seperti itu, direndahkan, uang juga jadi masalah, dipermasalahkan, dipermalukan, dikata-katai… bla.. bla… bla”. Suami yang sabar pun mungkin akhirnya membalas, melawan, merendahkan dengan caranya.
Hmmmm…..pikirku: “Tak ada masalah yang mudah untuk diselesaikan”. Saya tidak mau menghakimi dan menunjuk kepada siapa di antara mereka yang salah. Sejujurnya saya tidak tahu. Yang saya coba mengerti adalah pasti keduanya ada benarnya tapi juga ada salahnya. Siapa yang dapat menyelesaikan masalah mereka? Saya pikir mereka sendiri… tinggal bagaimana mereka mau mendengar, menerima nasehat, fokus pada tujuan rumah tangga mereka, tanggalkan keegoisan masing-masing, berubah serta hal yang paling penting adalah komitmen untuk mau bersama, mau menerima keberadaan masing-masing dengan kasih dan hormat, mau menerima pasangan sebagai cara Tuhan membentuk kita. Kalau kita sendiri tidak mampu menerima pasangan kita, kalau kita terus saling merendahkan dengan cara kita, sikap kita maka itu artinya kita sedang menggali lubang untuk kejatuhan dan kehancuran kita sendiri.
Orang lain tidak akan menghargai kita dan pasangan kita kalau kita sendiri membuka borok satu dengan yang lain. Padahal saat orang merendahkan pasangan kita, kita pasti marah, tidak terima… nah kalau kita sendiri yang terus menjelekkan-jelekkan, menghina, merendahkan pasangan kita bagaimana bisa orang lain menghargai kita dan tidak merendahkan kita. Maka dari itu mereka yang harus berjuang memulihkan nama baik mereka, memulihkan hidup rumah tangga mereka… belajar diam… jangan kurang percaya kepada Tuhan… jangan kesampingkan Tuhan dalam hidup rumah tangga dan masalah apapun.
Biasakan berbicara kepada Tuhan bukan kepada semua orang. Hanya Tuhan yang bisa tolong… semua orang juga punya masalahnya sendiri. Juga jangan lekas sombong, merasa diri hebat saat semua berjalan baik-baik saja, saat kita mampu melakukan hal hebat di depan banyak orang. Tetaplah rendah hati. Saya juga sangat terbatas untuk dapat menolong, itulah mengapa saya mengandalkan Tuhan juga dalam perkara ini dengan menyebut nama mereka saat berdoa, memohon kiranya Tuhan berbelas kasihan menolong dengan cara Tuhan sesuai maksud dan kehendak-Nya.
“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”
Perempuan-perempuan bijak, apa yang sedang engkau alami? Doa dan harapanku engkau baik-baik saja, engkau ada dalam sukacita, berkat, dan damaisejahtera. Tapi, jika keadaanmu tidak sedang baik-baik saja, maka datanglah kepada Tuhanmu dengan iman (kepercayaan dan ketaatan). Jika engkau belum menemukan-Nya… carilah Dia dengan sungguh-sungguh… terus cari. Firman tertulis, jika kita terus mencari dengan iman dalam kesungguhan dan tantangan apapun tidak menghentikan kita sampai kita menemukan Dia, maka Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Carilah Dia selama Ia berkenan untuk di temui. Bahagialah bersama-Nya dalam hidup rumah tanggamu.
💛😇🙏